Anak Desa Makan Pasta
10:09:00 PM
Setelah seharian penuh mengikuti tour James Bond, rasa penat pastinya hinggap di benak saya. Saya beristirahat sejenak, menyeduh PopMie di living room hostel sambil menikmati DVD yang disetel oleh backpacker lain. Tak lupa saya pun mulai mengutek-utek ipod saya untuk sekedar melihat interaksi di Facebook, Twitter dan Path, tentunya dengan WiFi gratis di Kool Backpacker Hostel ini.
Ketika saya melihat facebook, sebuah pesan dari Sam pop-up di halaman depan. Dia mengajak hang out untuk sekedar makan malam dan kongkow-kongkow sambil ngobrol tanpa alkohol. Saya pun menyetujui dan berjanji bertemu pukul 8 malam setelah dia menemui guidenya di hotel. Saya kembali menikmati PopMie dan DVD.
Jam 8 kurang seperempat saya pun segera mandi dan tidak lupa memakai celana yang sama, celana putih loreng hitam merah yang saya beli di Pratunam dengan harga 200baht. Saya belum pernah menggantinya semenjak kedatangan pertama saya di Phuket. Ini sudah 3 hari dan saya selalu memakainya untuk berenang.
Saya janji bertemu Sam di depan Thai Pan Discotique. Tanpa menunggu lama kami pun bertemu tepat seketika saya datang dan pas pukul 8 malam. Saya bertanya pada Sam mau makan apa?. "I have no idea, but how about pizza?". Akhirnya kami berdua menuju Junceylon yaitu sebuah pusat perbelanjaan di tengan Patong, yang sepertinya baru dibangun. Sam minta untuk diantar ke ATM. Sementara saya mencari-cari tempat makan. Saat Sam datang, saya pun masih tak punya ide untuk makan dimana. Akhirnya kami masuk ke Restoran Italia yang menyajikan berbagai penganan khas Italia.
Sam memesan sebuah Pizza porsi besar, saya tak mau kalah, saya memesan pasta 3 rasa yang menurut pelayannya halal. Lima belas menit kemudian pesanan kamipun datang, benar saja porsi Sam lumayan Jumbo, seperti Pizza Hut utuh yang disajikan di piring besar. Sementara saya mendapatkan pasta yang berbentuk dasi kupu-kupu, kerang dan bulat. Yang dasi kupu-kupu bersaos keju, sementara yang kerang dan bulat masing-masing bersaos bayam dan tomat. Karena saya berlidah asli Jawa, makanan ini pun serasa asing.
Sambil ngobrol nglantur sana-sini Sam pun berhasil menelan potongan terakhirnya, sementara saya tetap utuh hanya berkurang satu atau dua potongan. Karena hari sudah larut malam dan saya harus bangun pagi esok hari, maka kali ini saya tidak menghabiskan makanan, dan segera meminta bill.
Harga makanan saya rupanya 500 baht. Sebenarnya saya tidak mempermasalahkan harga, namun makanan itu mubazir sekali. Mau dibawa pulang pun tak enak. Akhirnya saya pun menyodorkan kartu ATM saya sementara Sam membayar secara tunai.
Benar-benar orang desa makan pasta. Saya harus memakan banyak jenis makanan agar bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.
0 komentar