Rinjani 5 - Antara Air Danau, Air Terjun dan Air Panas
8:00:00 AMDanau Segara Anak |
Setelah semalaman kami menenda di Pelawangan Sembalun. Hari ini kami siap untuk memulai perjalanan turun gunung. Setelah sarapan mie instan, sardine dan nasi setengah beras (Nasi bercampur beras karena kurang matang) kemudian kamipun segera berkemas untuk memulai perjalanan turun.
Setelah berkemas berdoa, dan stretching pukul 9 pagi kita mulai menapaki jalan menuju Segara Anak, sebuah danau yang berada di lereng Rinjani. Di perjalanan ini semangat kami sangat membara. Lantaran empat hari kami digunung, membuat kami merindukan rumah. Riani yang sedari awal perjalanan menjadi pengekor, kali ini dia menjadi yang tercepat di rombongan kami.
Pemandangan yang menyulut semangat |
Turunan terjal, bebatuan, Pasir bercampur tanah lembek, harus kami hadapi di sepanjang perjalanan. Tak jarang saya terperosok diantara bebatuan dan ilalang. Tangan kami saling berpegangan seiring turunan yang semakin menjorok dan menyempit. Tak ayal tangan dan kaki kami serasa pegal bercampur peluh.
Kali ini kami berduabelas sepakat untuk tidak sering beristirahat. Mungkin satu atau dua menit kami beristirahat, hanya sekedar menghilangkan dahaga. Kami menemui banyak porter yang lalu lalang dengan bawaan seabreg di pundaknya. Karena penasaran dengan lama tempuh sampai di Segara, kamipun bertanya pada beberapa Porter. Dari kelima porter, kita mendapatkan lima jawaban yang berbeda. Ada yang bilang sudah dekat, ada yang bilang sejam lagi, dan ada pula yang bilang masih 4 jam lagi. Kamipun tetap berjalan menghalau semua turunan yang harus duduk untuk menuruninya.
Suasana perkemahan Segara Anak |
Waktu menunjukkan pukul 12 siang. Untungnya Matahari yang biasanya terik sekarang diselimuti oleh kabut tebal yang membuat siang menjadi begitu segar. Untungnya disepanjang jalan kami dihibur oleh kemolekan Segara Anak yang memberikan semangat ekstra untuk kami.
Setengah jam perjalanan saya harus melewati sebuah turunan tajam yang sempit. Tiba-tiba "Crack" suara kaki saya yang terkilir, saya pun roboh seketika. Untungnya Pian yang berjalan dibelakang saya sigap menangkap saya. Segeralah saya meraung kesakitan ketika irat yang kesleo disentuh oleh Pian. Keringat dingin keluar membasahi sekujur tubuh saya. Terang saja angkle saya terkilir dan bengkak lantaran terpeleset tadi.
Hot Spring Area |
Kami berduabelas menghentikan langkah dan beristirahat sejenak sambil menunggu saya dipijit Pian dan Ivana secara bergantian. Lima belas menit kemudian, saya sudah mulai baikan. Saya mencoba merilekskan kaki walaupun rasa nyeri masih menghinggapi.
Sesaat kemudian saya kembali memakai sepatu dan berjalan terseok-seok karena kaki kiri saya memang masih sangat sakit. Perjalanan kali itu memang masih panjang. Dan ketika kaki saya sakit seperti itu, perjalanan menjadi lebih panjang lagi.
Pukul 5 sore, akhirnya kami Sampai di Pos Segara Anak. Kaki saya yang mulanya sakit sekarang menjadi lebih sakit, lantaran saya paksakan untuk berjalan jauh. Segera kami mendirikan tenda di tepi Danau Segara Anak yang eksotis. Tepat didepan tenda saya, pemandangan eksotik segara anak yang dihiasi pegunungan serta pohon-pohon langsung menghibur kami.
Karena kaki saya sudah sangat sulit melangkah akhirnya sayapun berbaring didalam tenda sedangkan beberapa yang lain pergi mencari air dan membersihkan tubuh.
Air Terjun |
Matahari sudah terbenam ketika teman-teman datang dengan wajah sumringah karena telah mandi, setelah sekian lama badan tidak membau air. Saya pun hanya bisa ngiler ketika foto-foto mereka ditengah air terjun dan sumber air panas dipamerkan ke saya. Saat itu kaki saya pun masih sangat sakit, jangankan untuk berjalan, untuk mengangkatnyapun teramat sakit. Malam harinya sebelum terlelap, saya meminta Pian untuk mengurut kaki saya, dan mengolesinya dengan Minyak Tawon. Setelah itu, saya segera berjalan agar kaki saya cepat sembuh.
Untunglah ketika saya membuka mata paginya, rasa nyeri di kaki saya sudah mulai reda. Dan saya siap untuk menghadapi kembali ganasnya Rinjani.
0 komentar