Kolkata - Mabok Kereta Siang Malam

2:46:00 AM


Pukul 8 malam saya sampai di stasiun Yatri Nivas di Kolkata diantar oleh Bolu Gupta. Saya berikan 2000 rupee karena iba padanya. Dia berterimakasih sambil memegang erat tangan saya serta mengangguk-anggukkan kepalanya. Setelah pamitan, saya langsung kandas diikuti asap taxi gupta menjauh dari saya. kemudian saya beranjak ke KFC untuk mengisi perut. 

Perut terisi dan waktunya ke stasiun untuk beristirahat sembari menanti Kereta ke Agra yang dijadwalkan berangkat pukul 12 malam. Saya harus ke Howrah Station yang jaraknya hanya 5 menit berjalan kaki dari Yatri Nivas. Howrah adalah stasiun yang saya inapi tadi pagi. Setelah sampai, naluri saya langsung mendekatkan diri ke colokan listrik yang letaknya ditiang ruang tunggu. Untung ada beberapa bangku kosong yang berada di tiang. Langsung saya keluarkan perlengkapan listrik dan siap menyedot energi. Handphone, kamera, powerbank semuanya tercolok semrawut disekitar tiang.

Sebagai persiapan perjalanan panjang, saya membeli camilan, beberapa biskuit dan beberapa botol air minum. Saya hanya menghabiskan 500 rupee untuk memenuhi tas 65 liter saya dengan jajanan kemasan. Setelah bekal terbeli, waktunya saya membersihkan raga. Saya pergi ke toilet yang letaknya di pojok kiri platform. Ketika saya masuk saya sudah mempersiapkan diri untuk menahan nafas. namun ternyata aromanya tak seburuk di Cina. Disana ada sebuah ruangan besar uang hanya diberi sekat kanan kiri seukuran lebar manusia yang dilengkapi kran untuk membersihkan sisa hajat cair yang dibuang. Disebelah pojok kanan terdapat 2 wastafel menghadap kaca buram yang sudah dibarisi belasan orang untuk mencuci muka dan sikat gigi. Sayapun hanya buang air kecil lalu pergi, karena antriannya makin lama makin bejibun.

Kereta yang akan saya tumpangi adala Howrah Express yang berangkat pukul 23.45 dan menempuh 20 jam perjalanan. Saat ini masih pukul 10, tapi saya sudah mati gaya dan karena bosan akhirnya mata saya terpejam. 

Tak lama saya terbangun dan melihat jam ternyata pukul 11 malam. Segera saya bergerak menuju platform 5 untuk menunggu kereta. Di India untuk menghindari penumpang nakal ataupun tertukar kursi, dibuatlah pengumuman diatas kertas A3 yang sitempel di triplek ukuran 3 x 1 meter yang diletakkan di sisi platform. Di pengumuman itu berisi nama penumpang, nomor gerbong, nomor kursi, sekaligus jenis kelamin dan usia. Saya mendapat kursi 67 upper, di gerbong S2. Sepuluh menit berikutnya kereta api tua bergerak pelan memenuhi rel disebelah platform 5. Saya harus segera mencari gerbong 2 yang letaknya tepat didepan lokomotif sedangkan saya berada di ekor paling belakang. Sayapun bergegas menapaki kereta satu persatu. dan ternyata kereta api ini bergerbong 20, dan saya sekrang ada di gerbong terbelakang. Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya saya sampai di gerbong yang saya tuju. Dan disebelah pintu nama saya sudah terpampang di kertas daftar penumpang. Sayapun masuk dan didepan mata saya ada sebuah matras warna biru yang disusun tiga tingkat keatas kemudian 3 lagi di sebrangnya dan 2 lagi disusun keatas pula yang diletakkan tegak lurus yang dipisahkan lorong setengah meter untuk keluar masuk penumpang. 

Saya mencari tempat sesuai nomor yang tertera di tiket. saya memang sengaja memesan tiket kelas sleeper dan ekonomi 3 tingkat untuk merasakan petualangan di India. Dan tentunya untuk menghemat budget perjalanan. Harapan saya, saya bisa tidur cukup disepanjang perjalanan. namun kenyataannya, saya mau tak mau harus terlentang sepanjang hari, karena matras bagian atas sangat mepet dengan atap. Saya hanya bisa berbaring, Jika saya ingin duduk saya harus menundukkan kepala.

Namun karena memang sudah terlalu lelah, sayapun langsung terlelap walau kadang terbangun karena dingin. Lubang-lubang di kereta mengantarkan hawa dingin dari luar masuk tepat diatas kepala saya yang membujur di matras biru. Untungnya saya membawa baju hangat lengkap dengan kupluk. Setelah memakainya, semua dingin terkurangi. 

Saya terbangun karena kebisingan di kereta, jam tangan saya menunjukkan 6.30 kala itu. Karena saya kebelet, saya pun turun dari matras untuk segera ke toilet. Toiletnya tidak terlalu buruk. Kloset warna biru muda beserta wastafel putih tulang bersih tanda ada kotoran yang menempel. Air yang cukup bersihdan segarpun (tidak untuk diminum) muncrat dari kran air diatas wastafel. Kloset dilengkapi pula dengan flush dan bertutup. Memang lantainya sedikit kotor karena jejak kaki orang yang keluar masuk toilet, but so far thats more than enough.

Saya sempatkan menggosok gigi dan cuci muka. Saya kembali ke tempat tadi dan memakan apa yang saya beli di stasiun tadi malam. Waktu demi waktu saya habiskan untuk makan, tidur, ke toilet begitu seterusmnya hingga waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam, menurut jadwal saya akan sampai di Agra 45 menit dari sekarang. Tiba-tiba ada 2 orang anak naik ke atas ke tempat saya, karena memang dibawah penuh sesak. Saya mengizinkan mereka nimbrung tapi saya sedikit menderita. Karena mereka berbadan kecil, jadi mereka tidak perlu menunduk, sedang saya harus menunduk agar bisa duduk. Kamipun sempat bercakap-cakap. Dari percakapan kami, saya tahu bahwa nama mereka adalah Mohit dan Shaan. Mereka berencana untuk ke Agra bersama dengan keluarganya. Disana lengkap ada ibu, ayah, adik, kakak, keponakan dan beberapa sepupu mereka berdua. Katanya kereta akan sampai 4 jam dari sekarang. Damn... Saya harus menunggu lebih lama lagi. Jadi perjalanan yang rencananya hanya 20 jam, sekarang menjadi 24 jam. Lengkap sudah penderitaan saya.


Tepat pukul 11 Mohit dan Shaan turun dari tempat saya, berpamitan lalu berkemas. Saya melakukan hal yang sama. Tak lama kereta berhenti di Agra Fort, tidak ada pemberitahuan apalagi running text di Kereta. Jadi saya memang harus mengikuti Mohit dan Shaan. LAutan manusia berubah menjadi ombak ganas. Belasan kepala ingin segera keluar dari kereta. Belasan lainnya berusaha masuk bagai ombak tandingan. Saya diantaranya. Agra memang bukan pemberhentian terakhir. Kereta akan berhenti di Delhi, stasiun terakhir Howrah Express. Setelah bergelut beberapa menit, saya akhirnya dapat loncat keluar kereta. Sesaat setelah saya turun keretapun bergerak. Untung saya bisa turun, kalau tidak...

Sesampai di Agra Fort Railway Station saya masih harus mencari taxi ke Zostel Agra, hostel yang sudah saya pesan dari hostelbookers.com sebulan lalu. Beberapa orang getol menawari taxi, tak sedikit yang mencolek, berteriak dan menepuk-nepuk punggung saya. Sayapun tak gentar karena takut terjadi scam. Saya kemudian jalan sampai ke ujung hingga bertemu sebuah oto(bajaj) yang sedang nge-tem sendirian di ujung jalan. Saya sodorkan alamat saya, dan dia menawarkan harga 500 rupee. Saya tawar 200 rupee dan dia setuju memberi harga 250 rupee. Tiba-tiba ada seorang yang sedari tadi mengikuti saya dari belakang membentak saya dan bilang harga taxinya 500 rupee sambil sedikit memelototi saya. Sayapun bilang, "No Sir, I'll search another taxi." dan sayapun ngacir dibarengi orang aneh tersebut yang kembali ke habitatnya. Kemudian si sopir taxi tadi mendekati saya dan bilang mau mengantar dengan upah 250 rupee.Sayapun segera naik taxi dan kabur sebelum orang tadi datang dan membentak-bentak lagi.

Zostel Agra terletak didekat gerbang masuk Barat Taj Mahal. Di hostelbookers letaknya bersebelahan dengan Hotel Radisson Blue. Si sopir mengira saya menginap disana. Namun kenyataannya saya tinggal di hostel sederhana yang berada disebelahnya, "Saya belum sekaya itu" canda saya.  Sampai hostel, seperti biasa ritual awal, yaitu check-in, paspor, bukti booking dan langsung menuju kamar. Zostel menawarkan kamar dorm dan private. Saya memilih dorm karena harganya hanya 60 ribu perkasur permalam, dengan kamar mandi dalam. Cukup murah, mengingat lokasi yang strategis dan kamar yang bersih dan wangi. Setelah mandi saya langsung bergegas tidur. Akhirnya saya dapat kasur yang layak...

You Might Also Like

0 komentar