Ke Bangkok sebelum Ayam Berkokok

7:08:00 PM

Counter Check-in AirAsia
Matahari belum terbit waktu itu. Katty Perry bernyanyi di handphone saya, tanda alarm menyala. Saya langsung melongok ke bawah tempat tidur tempat stop kontak berada dan menggapai handphone saya. Rupanya waktu menunjukkan 2.30 pagi. Saya bangunkan teman saya yang notabene adalah pemilik rumah. Dia pun meraih handphonenya dan bergumam lirih, "Ah masih jam segini". Kemudian dia tidur lagi. 


Yah begitulah saya mengawali perjalanan ini. Sejak 6 bulan yang lalu saya booking penerbangan dari Surabaya menuju Kuala Lumpur dengan harga 0 rupiah, berkat adanya promo AirAsia yang tidak sengaja saya dapatkan saat berselancar di internet. Dan yang paling menantang, penerbangan dimulai jam 05.20 pagi. Saya yang tinggal di Malang pun terpaksa menumpang teman sekampus saya dulu untuk kemudian diantar ke Bandara Juanda di pagi buta.

Alarmpun berbunyi kembali. Tentu saja, karena sejak malam saya memasang 4 alarm dengan jeda 5 menit, khawatir kebablasan. Saya membangunkan teman saya kembali, namun jawabnya hanya, "Eh" sambil balik badan. Saya pun menunggu hingga pukul 3.30. Akhirnya dengan segala cara dia terbangun dan segeralah saya menumpang mandi dan langsung diantar ke Bandara. 

Pemandangan dari pesawat
Bandara Juanda Terminal 2 baru beroprasi sekitar 3 minggu. Bandara  ini dikhususkan untuk penerbangan Internasional, Garuda Indonesia, AirAsia, dan TigerAir. Bandara ini adalah bandara lama yang direnovasi kemudian digunakan kembali sejak Februari 2014. 

Counter Check in AirAsia di terminal baru ini sangat luas. Tidak ada antrian yang semrawut. Sampailah saya di salah satu counter check-in dan seorang petugas bertanya dengan senyum sumringah dan meminta paspor beserta tiket. Saya menyodorkan handphone saya yang berisi file tiket beserta paspor saya, berikut 200 ribu untuk airport tax.

Tepat pukul 5 pagi saya dipanggil untuk segera masuk pesawat terbang. Melewati garba rata sambung ke pesawat saya pun disambut oleh pramugari-pramugari yang ramah dengan senyum khas yang menunjukkan pelayanan prima AirAsia. Saya duduk di kursi agak dibelakang dan berada di galley. Tepat 20 menit kemudian, instruksi keselamatan diperagakan oleh pramugari Airasia yang dibalut dengan setelan merah menyala dengan sekali lagi senyum yang ramah. 

Pesawat mengudara dengan prima. Saya sering mengalami sakit telinga ketika di dalam pesawat, namun ketika naik Airasia kali ini. Telinga saya tak masalah sedikitpun. Saya pun memejamkan mata karena sebelumnya saya kurang tidur dan harus bangun pagi.

Setelah 2,5 jam penerbangan akhirnya saya sampai di LCCT (Low Cost Carrier Terminal) di Kuala Lumpur. Karena saya tidak membeli connecting ticket, maka saya harus keluar masuk imigrasi. Lolos pintu imigrasi saya kemudian harus menunggu 4 jam, karena penerbangan selanjutnya ke Don Mueang pukul 12.35. Tidur, baca buku, minum air, ke toilet, main game, dengar musik, semuanya sudah. 

Setelah lama menunggu akhirnya penerbangan saya dipanggil dan waktunya naik pesawat. Di pesawat ada sepasang sejoli yang ingin duduk berdampingan. Kebetulan sang romeo ada disebelah saya dan juliet di kursi seberang. Dua sejoli dari Cina ini pun meminta untuk tukar kursi. Sebenarnya menukar nomor kursi itu dilarang, karena data sebenarnya dengan manifest pesawat tidak sama. Takutnya semisal terjadi kecelakaan proses identifikasi akan menyulitkan. Karena saya merasa iba, akhirnya saya iyakan permintaan mereka. 

Halte Dong Mueang
Karna kelelahan dan kurang tidur maka mulai dari boarding hingga landing, mata saya terpejam. KL-Bangkok ditempuh selama 2 jam 20 menit. Sampai di Bangkok saya berdesakan di imigrasi dan langsung keluar airport. Tepat setelah pintu keluar saya beranjak ke bawah menuruni fly over. 

Saya sibuk memandang bis yang lalu lalang berharap ada no 59. Menurut Lonelyplanet.com saya bisa naik bus 59 ke Sanam Luang. Begitu bus 59 datang saya segera naik dan langsung disambut kenek bus yang adalah seorang wanita paruh baya yang ramah. Sambil mengecrekkan sebuah tabung yang isinya uang koin yang bunyinya seperti pengamen cilik sedang beraksi. Saya langsung saja mengerti bahwa dia meminta ongkos bis. 

Saya bilang Sanam Luang, dia bilang dengan Bahasa Inggris seadanya bahwa bis tidak berhenti disana saya harus oper di Victory Monument dengan bis 503. Setelah 1jam kenek bis tadipun memanggil saya, tanda saya harus berhenti di halte berikutnya. Dia memberikan secarik kertas dengan tulisan nomor-nomor rute bis ke Sanam Luang. 

Di Victory Monument saya bertemu dengan pasangan Cina yang tadi meminta tukar tempat duduk di pesawat. Dengan Bahasa Inggris yang terbata-bata dan cukup sulit diproses di otak saya, dia bilang ingin ke Khaosan Road. Tentu saja saya mengajak mereka untuk pergi bersama. Tak lama bus 503 terlihat dari kejauhan. 

Khaosan Road diwaktu malam
Kita pun segera naik dan bilang turun di Sanam Luang. Kondektur mengerti dan meminta 15 baht untuk ongkos. Setelah 1 jam. Akhirnya sampai di Sanam Luang. Saya dan pasangan Cina yang tadi berpisah disini. Saya berjalan menyusuri jalanan Khaosan untuk mencari penginapan. Sudah lebih 1 jam, waktupun telah menunjukkan pukul 7 malam. 

Akhirnya saya menemukan hotel dipojokan sempit berharga 400 baht, memang tidak murah, namun setidaknya jauh dari hiruk pikuk Khaosan yang tiap malam ramai dengan turis teler. Setelah check-in, langsung rebahan dan istirahat sebentar. Benar-benar perjalanan yang melelahkan dan tak terlupakan.

(Bangkok-Thailand, 11-Maret 2014)

You Might Also Like

0 komentar